Dalam sebuah riwayat yang terkenal, Rasulullah dilahirkan pada hari Senin tanggal 12 Robi’ul Awwal tahun 570 M. ketika ibu melahirkan beliau, ia mengirimkan utusan kepada kakek untuk menyampaikan, “Telah lahir seorang cucumu, laki-laki”. Abdul Muthalib datang menengoknya, lalu menggendongnya, membawanya memasuki ka’bah, melakukan ibadah, memanjatkan doa kepada Allah. Ia menamai cucunya dengan nama Muhammad (orang yang paling bagus akhlaknya).
***
Terkait dengan pemberian nama, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harari dan Mc David (1973). Para guru yang berpengalaman diminta untuk menilai karangan siswa kelas lima SD. Oleh Harari dan MC David, karangan yang sama diberi nama berlain-lainan untuk dinilai oleh guru yang berlainan pula. Hasilnya sungguh mengejutkan, karangan yang diberi nama-nama yang menarik, diberi nilai lebih tinggi daripada karangan yang diberi nama-nama yang jelek. Padahal satu karangan yang sama diberi nama-nama menarik dan diberi nama-nama jelek. Karangan dinilai rendah hanya gara-gara namanya jelek, sedangkan dinilai tinggi hanya gara-gara namanya menarik. Padahal karangan tersebut adalah karangan yang sama. (Psykologi Komunikasi, Jalaludin Rahmat, 2004).
Ini adalah salah satu bukti adanya pengaruh nama pada diri seseorang. Nama baik membawa pada penilaian baik, sedangkan nama jelek membawa pada penilaian jelek.
Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah, berpendapat bahwa ada hubungan yang erat antara nama dan yang dinamai. Ada hubungan antara nama dengan sifat orangnya. Ada kaitan dalam makna dan hikmah. Selain berpengaruh pada kedamaian jiwa anak-anak. (Saat Anak Kita Lahir, M. Fauzil Adhim, 2001)
Orang tua yang menginginkan anak-anaknya baik, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberi nama dengan nama yang baik.
Nama baik “menyihir” pemiliknya pada perbuatan baik. (gusWAH)