“Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”. Agar kecintaan kepada Nabi Muhammad dapat terlaksana, maka haruslah mengenalnya. Salah satu cara untuk mengenal teladan Nabi Muhammad adalah dengan kembali menelaah lebih dalam sirah kehidupan beliau.
Abu Hanifah rahimahullah berkata: “al-hikāyātu ‘anil ‘ulamāi wa majālisatihim ahabbu ilayya min katsīrin minal fiqhi liannahā ādabul qoumi wa akhlāquhum”.
Kisah-kisah (keteladanan) para ulama dan duduk di majlis mereka, lebih aku sukai daripada kebanyakan (masalah-masalah) fiqih, karena kisah-kisah tersebut (berisi) adab dan tingkah laku (untuk diteladani) (Jamī’ul Bayānil ‘Ilmi wa Fadhlihi).
Umat Islam, kaya dengan kisah-kisah. Perjalanan Nabi Muhammad adalah kisah. Sebagian besar al-Quran adalah kisah-kisah. Bahkan ada surat tentang kisah-kisah, yaitu al-Qoshosh.
Kisah-kisah tersebut harus dijadikan lentera untuk memberi cahaya dalam kehidupan. Maka sudah seharusnya kita menjadikan kisah-kisah tidak sebagai dongeng atau cerita saja.
Malu rasanya jika mengaku cinta Nabi Muhammad jika kita tidak pernah menamatkan membaca sirah nabi. Nyatanya, novel dan komik dibaca tamat selama seharian saja. Malu rasanya jika di rumah tidak ada buku sirah nabi. Nyatanya di rumah banyak novel dan komik sampai tamat.
Semoga, kita tidak termasuk dalam kenyataan-kenyataan tersebut. Yuk …. Kita baca sirah nabi! (gusWAH)